Kenapa Masih Bertahan? (2)

Assalamualaykum..
Ceritanya ini pembukaan. Tapi, dari pada bertele-tele, jadi cuma mau jelasin aja, kalau postingan kali ini lanjutan postingan sebelumnya aja sih. kayak keberlanjutan kisah dalam menapaki jalan yang ada di postingan sebelumnya.

Ya gitu, kadang cerita Allah itu ga ada yang tau kelanjutannya, endingnya, ya pokonya tebak-tebakan Allah itu susah banget dah, Cak Lontong aja kalah tebakkanya. *okeskip* Terlepas dari perjalanan hidup pertama kali dilahirkan, sampe kuliah di UB, terus diajakin kakak kelas pas SMA buat daftar rohis, dan bertahan hingga saat ini. Ga ada yang mengira kalau seorang bocah bernama Auliya ini sekarang diamanhkan menjadi sekretaris departemen Dakwah Kampus Unit Aktivitas Kerohanian Islam (rohisnya kampus gitu)

Itu semua bukan karena hebatnya, atau karena lebih berilmu. Mungkin Allah nutupin aib di depan orang-orang yang mengira Auliya ini pantas atau sanggup menjadi regenerasi dakwah. Atau, bisa aja karena pencitraannya yang terlalu berlebihan, sampai-sampai orang ga tau tentang fakta sebenarnya? Wallahu 'alam

Di awal perjalanan, waktu masih jadi staf sih biasa aja, karena masih gabut banget. Entah antara gabut atau apatis, sampai ga mau ikut organisasi apapun, kecuali UAKI itu juga karena dipaksa kakak kelas. Engga sih, bukan karena apatis, tapi karena pas mau ngumpulin form pendaftaran ternyata udah ga ada stand-stand UKM gitu, dan kalo mau ngumpulin harus ke sekretnya UKM, daaaan sekret UKM itu bau rokok. Fix banget gamau!Parah!

First impression gabung rohis, agak kaget sih dengan kulturnya. Ya, gimana coba, cuma lulusan MAN Insan Cendekia, yang kalo dipikir pikir udah lumayan, terus kaget pas pertama kuliah karena banyak yang ngajakin salaman (cowo loh) or apalah yang "ga bisa coy" itu bikin dilema banget. Antara pulang sendiri malam-malam, atau diantarin cowo. Terus, pas masuk rohis, ternyata dhawabit alias aturannya parah banget. Yang kalo rapat alias syuro pake hijab (bukan hijab yang nutupin rambut itu, tapi hijab yang kayak di Masjid-masjid), terus panggilan akhi ukhti, jam malam deelel pokonya. Make me "WOW" banget sama orang-orang ini.

Waktu terus berlalu, seiring perpuratan matahari dan jam dinding *apaan banget* banyak hal yang didapat selama bersama orang-orang itu. Banyak orang hebat yang ditemukan lewat UAKI. Sampai orang-orang mulai seneng banget ngechat yang kata-katanya "Barakallah wa innalillah" jadi sekpel ini, sekpel itu bla..bla..bla biarpun berat, akhirnya selesai aja. Hebat bener dah Allah!

And now, seonggok daging bernama Auliya yang ga percaya akan posisinya saat ini udah beberapa langkah dari posisi waktu pertama kali daftar, ditanyain ini itu de-el-el. Ya, dulu juga bilangnya, "Berat banget deh". "Ih gasuka gini terus". Tapi, mau ga mau harus dijalanin, siapa lagi yang bakal jadi penerus dakwah satu periode kedepan? Ya banyak sih  kualifikasi mahasiswa-mahasiswa yang mungkin lebih baik, tapi lagi-lagi itulah ceritanya Allah, ga ada yang tau.

Diawal periode amanah, banyak hal yang dialamin, dari jaim sama patner sendiri (read:Kadep) karena dia ga membuka sesi obrolan duluan, padahal, sudah harus ada sesuatu yang dirancang untuk keberlanjutan dakwah kedepannya. Akhirnya, setelah bertanya-tanya ria dan mematahkan ego kalau "harusnya ikhwan dulu yang ngechat" yaudah, kenalan aja deh  dengan kadep. Terus, mulai menyesuaikan watak, dan gatau kenapa, kalau lagi kesel, capek, ada aja orang bakal jadi korban kengambekan bocah.Wkwk.Maafin ya gais. Lav yu so mach, bagaimana pun, mereka yang bakal jadi tempat cerita dalam memasuki amanaha baru. Semoga aja, Allah selalu kasih kekuatan super powernya buat hambanya yang lemah ini. Tinggal meluaskan hati, memperdalam iman, membuka pintu maaf dan sabar seluas-luasnya.
Ya, I say to my self, selamat mengemban amanah. Dakwah kampus jadi tanggung jawab.


Tukang mau mau aja

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Menghafal Quran?

Semangat UAS

Sama Allah Kok Itung-Itungan?