Memang Sengaja

Allah sebaik-baik sutradara dalam hidup. Mengatur segala apa yang ada di muka bumi ini. Planet mengorbit, daun terjatuh, angin gemuruh, burung berkicau, segalanya bergerak seraya bertasbih memuji Kuasa-Nya.

Bahkan, Dia hadirkan diriku dengan segala cerita dan segala rentetan kisah yang semoga berjalannya dapat kuambil hikmah dan ibrah.

Aku, yang meyakini hidupku sudah diatur sesuai ketetapan-Nya pun terkadang berangan. "Jika kelak aku begini.." Kira kira begitu gumamku dalam lamunan.

Lantas dimana salahnya?

Salah ketika aku terlalu banyak berharap, berkhayal, lantas ketika takdir menyapa, aku kecewa. Sebab aku salah arah. Meyakini, mengimpikan, menginginkan, sesuatu berlebih. Hingga saatnya tiba, jalannya bukan aku, melainkan yang lain.

Aku pernah kecewa.

Atas mimpi yang ku karang sendiri. Atas keyakinan yang ku khayal sendiri. Atas penyebutan nama dalam doa yang berambisi.

Aku pernah kecewa.

Atas rasa yang menggebu. Atas cita yang terkesan halu. Atas cinta yang memang semu. Namun kurasa tabu.

Aku begitu kecewa.

Saat sebuah pesan hadir membawa bahagia. Tentu saja bukan untuk diriku, Melainkan pesan yang menjadi jawaban atas segala pengharapanku.

Aku pernah kecewa.

Dulu.

Sekarang?

Aku belajar dari sebuah kecewa. Bahwasanya harap, harusnya ku gantung pada Pembuat Cerita.

Aku belajar dari kecewa. Bukan agar tak lagi ku jatuh Cinta. Melainkan menaruh hati Hanya Pada Yang Kuasa.

Agar semua yang hadir dan menjadi takdir, Tak lagi menjadikan tangisku mengalir.

Agar semua yang ditetapkan, menambah cinta dan ketaatan.

Dari kecewa belajarlah ikhlas.

Ia kan dewasakanmu.

Ikhlas menerima, dan tidak lagi melakukan kesalahan yang sama.

Duhai Rabbi, jagalah hati ini agar tetap terpatri cintaku pada Mu.
Cinta seorang abdi kepada Rabbi.
Cinta seorang hamba pada Sang Maha Raja.
Cinta yang Pertama, bukan kedua, apalagi tiga.


Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Menghafal Quran?

Semangat UAS

Sama Allah Kok Itung-Itungan?