Tidak Menunggu Pantas

Biarkan tulisan ini kita mulai dengan sebait percakapan
--------------------------------------------------------------------------------
"Kenapa harus aku?"

"Kayaknya aku ga pantas deh"

"Ada yang lain lebih baik"
--------------------------------------------------------------------------------

Haru. Rasanya, baru saja kalimat serupa terlontar dari lisanku sendiri. Berada dalam posisi tertunduk. Melihat diri dengan kerendahan. Rasanya begitu berani dan tak pantas menerimanya. Ternyata aku sudah beranjak jauh. Bahkan hari ini, justru akulah yang berusaha menjadi orang yang meyakinkan kepada siapapun yang mengatakan itu.

Aku pernah berada pada posisi itu. Meragu atas kemampuan diriku. Meragu atas kesempatan yang tertuju padaku. Jangan-jangan, Allah lah yang begitu pandai menutup burukku. Atau, itulah saatnya aku menigkatkan kapasitas diri. Tapi cerita yang lalu, jadi kenangan untuk hari ini. Ternyata kita mampu menembus batas dan berhasil menuntaskannya. Meskipun hari ketuk palu itu bukan akhir dari segala cerita.

Tapi, coba deh kita telaah lagi. Barangkali belasan tahun yang lalu.

Sejatinya kehidupan ini perjalanan. Dengan segala cerita dan hikmah di setiap langkahnya. Siap atau tidak. Pantas atau tidak, harus tetap berjalan. Menyesapi setiap ibrah. Begitu pula kerikil dan keloknya. Saat suatu kesempatan datang menghampirimu, barangkali begitu cara Allah mentarbiyahi siapa yang dikehendaki-Nya.

"Tapi aku ga pantas!"

Eitss... Apakah dengan menolak kesempatan itu, ada hal yang memastikan mendapatkan kesempatan belajar yang sama?

Kehidupan kita tidak dapat menafikan sebuah fase. Ibarat kenaikan kelas, itu akan terjadi.
Waktu kelas 1, kita bisa saja tidak percaya diri akan mampu menguasai pelajaran di kelas 2. Karenanya, sebelum mencapai kelas 2, akan ada evaluasi atas pencapaian selama kelas 1. Hal apa yang telah dipelajari? Apa yang telah dikuasai? Apa yang perlu diperbaiki? Harapannya, ketika menghadapi fase hidup selanjutnya, sudah ada bekal yang dibawa, sudah ada sesuatu yang hendak diperbaiki. Hingga pada akhirnya kita mampu melewati kelas kelas tersebut. Hingga akhirnya kita mampu menembus batas.

Tapi bersiaplah, setiap kenaikan kelas, ujiannya juga akan semakin menantang. Bukan sulit, menantang. Jadilah berani untuk menerima tantangannya.

Barangkali begitu gambarannya. Tidak percaya diri itu wajar. Apalagi amanah yang diberikan tidak main main. Menyangkut orang banyak. Menyangkut kebaikan. Tapi perjalan kita akan berlanjut bukan? Tidak akan terhenti.


Merasa tak pantas artinya tidak menutup kesempatan dan keinginan untuk terus belajar dan memperbaiki. Memantaskan dirilah.

Jika hanya menunggu pantas, sampai kapan kita menanti? Karena kita tidak pernah sempurna hingga ribuan purnama. Karena tidak akan sempurnah bahkan saat amanah sebagai khalifah ini purna.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Menghafal Quran?

Semangat UAS

Sama Allah Kok Itung-Itungan?