Katanya....



Katanya Lelah for Lillah, tapi ketika Allah memanggilmu, tak bisakah perbincangan atau presentasi yang teramat-sangat-super-duper-penting-sekali itu kau hentikan demi mendengar suara adzan yang begitu jelas terdengar? Nyaman kah ketika seolah-olah suaramu hendak mengalahkan adzan yang berkumandang, bersahut-sahutan? Tak adakah keinginanmu untuk segera beranjak dari tempat rapatmu ketika dengan jelas iqomah terdengar di telingamu? Begitu pentingkah acara kita? Atau tagar lelah for Lillah itu hanya sekedar kata kata pemanis yang digunakan karena keharmonisan padanan setiap hurufnya? Padahal seharusnya, jika mengerti makna dari tagar yang digunakan untuk jarkoman itu, kita dahulukan panggilan Rabb dari semua kapel yang ada di muka bumi ini. Mendengarkan suara adzan yang terdengar syahdu. Bukankah, dapat mendengar adzan itu adalah suatu nikmat? Allah mengamanahimu telinga yang dapat mendengar, yang bahkan tidak semua orang dapat merasakan nikmat tersebut. Bahkan mungkin di bagian bumi yang lain, kumandang adzan adalah hal yang dirindukan, karena seruan itu dianggap tabu oleh lingkungannya. Tanpa harus menunggu Ramadhan lagi baru kita rindukan suara adzan yang dikhususkan (baca: adzan Maghrib). Bukan maksudnya untuk merubah niat Lelah for Lillah sesuai tagar itu diganti, tapi coba ganti perilaku kita agar lelah kita benar-benar diniatkan Lillah (untuk Allah). Agar aktivitas dan hajat kita benar-benar diberkahi Allah. Agar Allah ridho dengan niat baik kita.




Uhibbukum filah.
Semoga Allah memudahkan urusan kita. Aamiin Allahumma Aamiin.

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Tips Menghafal Quran?

Semangat UAS

Sama Allah Kok Itung-Itungan?